Jumat, 25 Februari 2011

Masalah Belajar

A. Pengertian Masalah Belajar
Masalah belajar merupakan sebab dari kegagalan belajar tetapi tidak semua kegagalan belajar disebabkan oleh masalah atau kesulitan belajar.
Dengan kata lain kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan faktor-faktor non intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tetntu menjamin keberhasilan belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pengertian masalah belajar adalah hasil belajar tidak sesuai atau lebih rendah dari kemampuan belajar yang dimiliki seseorang.
B. Jenis-jenis Masalah Belajar
Jenis-jenis masalah belajar diantaranya adalah:
1. Kemampuan rendah.
Peserta didik yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Peserta didik yang normal (90-110) dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ (110-140) dapat digolongkan cerdas. 140 keatas tergolong genius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan TInggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental ( mental defective ). Peserta didik inilah yang banyak mengalami kesulitan atau masalah belajar. Mereka digolongkan atas debil,embisil dan idiot.
2. Materi belajar terlalu rendah
Tiap-tiap bahan belajar mengandung tingkat kesulitan tersendiri dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit bahan belajar, makin lambatlah orang mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi itensitas belajar seseorang.
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar di waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, dan prinsip-prinsip. Sebaliknya bahan materi/bahan belajar terlalu mudah tidak sesuai dalam silabus atau kurikulum yang berlaku menyebabkan timbulnya kejenuhan peserta didik.

3. Sikap dan kebiasaan belajar tidak memadai.
Sikap dan kebiasaan belajar tidak baik sering dilakukann oleh peserta didik yang tidak memahami cara belajar yang sesungguhnya. Banyak jenis dan ragam kesalahan-kesalahan tersebut, seperti terlihat di bawah ini:
a. Belajar asal belajar tanpa tujuan
Belajar tanpa tujuan tidak menyadari arah kemana kita akan pergi. Akibat dari tidak menyadari bahan apa yang akan dan harus dipelajari, cara apa dan bagaimana yang paling memadai untuk digunakan, alat-alat yang perlu disediakan dan tidak tahu bagaimana cara mangontrol hasil belajar tersebut.
b. Belajar tanpa motivasi
Belajar mungkin didorong oleh rasa takut di tegur oleh guru atau orang tua. Kadang belajar hanya ikut-ikutan saja pada teman segrunya dan ada pula belajar karena mengharapkan hadiah.
c. Belajar tanpa kensentrasi
Pemusatan pikiran yang kurang, besar pengaruhnya dalam kegiatan belajar, apalagi kalau disertai dengan kurang percaya kepada diri sendiri, maka harapan untuk berhasil akan sia-sia belaka.
d. Belajar terburu-buru
Mulai belajar setelah dekat sekali dengan waktu ujian sehingga memaksakan diri sendiri tanpa mengenal waktu.
e. Belajar tanpa rencana
Cara ini kurang efisien disamping karena kurang baik juga tidak ada pedoman yang terarah, tidak terperinci maka belajar ini disebut belajar seenaknya.
f. Belajar cara verbalisme
Banyak anggapan bahwa belajar itu sama dengan menghafal. Memang menghafal itu baik, yang tidak baik adalah menghafal secara mekanis di luar kepala, persis apa yang tertera di dalam buku, tanpa pemahaman, tanpa analisis, dan tanpa usaha membanding-bandingkan.
g. Belajar secara fasif
Malu bertanya, rasa segan mengemukakan pendat sendiri, apatis terhadap tugas-tugas yang diberikan guru, meminjam dan memotocopy tugas yang telah dikerjakan oleh teman. Demikian juga dalam diskusi kelompok, enggan bertanya, tidak mau menanggapi pendapat teman-temannya.
h. Menganggap remeh salah satu mata pelajaran
Sering kita jumpai peserta didik yang termasuk katagori pintar tetapi mendapatkan nilai yang rendah dalam suatu mata pelajaran.
i. Malas membuka buku/kamus
Pada kehidupan sehari-hari situasi belajar merupakan kesatuan yang bulat. Seseorang tidak mau belajar beternak itik akan memperoleh pengertian yang kerdil, yang berhubungan dengan situasi pembudidayaan itik. Sambil beternak itu ia akan mengetahui belajar seluk-seluk peritikan, jenis-jenisny, penyakitnya, penngobatannya dan makanannya.
Memiliki bakat dan minat yang tidak sesuai.
Salah satu jenis masalah dari kesulita belajar adalah memiliki bakat dan minat yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang dihadapi. Padahal bakat dan minat sangat mendukung terhadap kelancaran dari hasil belajar. Bakat adalah kemampuan kursus seseorang yaitu kemapuan yang paling menonjol/paling baik, diantara semua jenis ilmu yang dipelajari. Misalnya ada orang yang berbakat dalam olahraga, dalam bidang keterampilan, sementara dalam bidang non keterampilan dia berbakat matematika. Di lain pihak pula orang yang berbakat musik dan tari ( dalam bidang keterampilan ), sementara dalam bidang non keterampilan tidak ada bakatnya.
C. FAKTOR-FAKTOR MASALAH BELAJAR
Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), yaitu :
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
B. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
1. Sekolah, antara lain:
• Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
• Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
• Metode mengajar yang kurang memadai
• Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
• Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
• Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
• Keadaan ekonomi.

D. Cara mengungkapkan masalah belajar
Banyak cara dalam mengungkapkan masalah/kesulitan belajar diantaranya:
1. Pengamatan langsung ( observasi )
pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi. Pengmatan dapat dilaksanakan dengan berencana atau isidentil. Pengamatan berencana telah dipersiapkan secara sistematik baik mengenai waktunya,alatnya,maupun aspek-aspek yang akan diamati. Pengamatan isidentil dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi suat kejadian yag menarik.
Agar data yang dikumpuikan dengan pengamatan dapat dicatat dengan sebaik-baiknya diperlukan pedoman pengamatan. Bentuk-bentuk pedoman pengamatan antara lain :
- Catatan anekdot (anecdotal record)
- Daftar cek (check list)
- Skala penilaian (rating scale)
- Pencatatan dengan menggunakan alat
Guru juga selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik. Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai peserta didik atau teman belajarnya. Bila sudah ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
2. Pengungkapan Hasil Belajar
Untuk mengungkapkan masalah/ kesulitan belajar yang berhubungan dengan hasil belajar langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang terkumpul dari kegiatan pengamatan/observasi tersebut, diolah secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam pengolahan data, beberapa kegiatan yang dapat ditempuh antara lain adalah:
a) Identifikasi kasus
b) Membandingkan antar kasus
c) Membandingkan dengan hasil tes, dan
d) Menarik kesimpulan.
Dengan mengetahui gejala diatas, maka mudah kita dapat mengenal dan menemukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan beiajar.
3. Tes Diagnotis
Tes diagnotis adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakukan dari dua orang atau lebih.Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah/ kesulitan belajar sebaiknya tes buatan guru (teacher made test) yang dipergunakan, yaitu tes diagnoting (tes psikologis), sebab yang mengalami kesulitan belajar itu disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat/ minat, mentalnya minder, dan Iain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4. Tes Bakat/ Minat.
Tes-tes Intelegensi, tes bakat, tes kepribadian dan watak dan juga tes- tes pekerjaan keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjuk terhadap tingkat ebilitas khusus individu, dengan kata lain hasil dari tes-tes tersebut diperoleh beberapa tingkat penafsiran yang reliable,diantaranya adalah :
1. Tes bakat akademik / academic aptitude
2. Tes kesenian dan musik / art and musiG aptitude
3. Tes bakat mekanis / mechanical aptitude
4. Tes bakat administrasi / clerical aptitude
5. Tes bakat untuk pekerjaan keahlian / aptitude for professional work
6. Daftar minat / interest inventories
5. Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap peserta didik, yang negatif terlihat dalam suatu pembelajaran, menunjukkan, diantaranya adalah :
- Sikap acuh tak acuh dan berpura-pura.
- Tidak suka dengan kepribadian guru dan metode/ pendekatan dalam pelaksanaan KBM.
- Tidak suka pada mata pelajaran tertentu.
- Sering menganggap remeh suatu persoalan
Berkaitan dengan sikap peserta didik tersebut, akan berdampak terhadap cara-cara belajar peserta didik, seperti tergambar uraian berikut ini:
a. Ekaplorasi
Peserta didik mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan tentang sesuatu melalui seluruh Inderanya, kemudian dikembangkan melalui berbagai usaha, melakukan sendiri dengan macam-macam kemungkinan.
b.Coba-coba
Melalui trial and error siswa belajar memecahkan sesuatu.
c. Rasa tidak senang
Dengan merasakan tidak senang, ia akan belajar menghindari kesalahan.
d. Rasa gembira.
Sesuatu yang menyenangkan cenderung untuk mengulang, dan sebaliknya
sesuatu yang tidak enak cenderung untuk dihindari.
e. Imtasi
Belajar melalui peniruan atau pengamatan paling sering dilakukan.
f. Partisipasi
Belajar melalui peniruan, berarti anak berpartisipasi secara aktif (learn by doing) itulah prinsip pedagogik dewasa ini.
g. Kornunikasi
Makin mudah komunikasi, makin menarik sesuatu hal untuk dipelajari.

E. Upaya penanganan masalah belajar.
1. Pengajaran Perbaikan
a. Pengertian Pengajaran Perbaikan (remedial teaching)
Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat : pengajaran yang membuat menjadi baik. Maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik.
Yang disembuhkan adalah beberapa hambatan (gangguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan/masalah belajar setinggi dapat timbal balik yaitu perbaikan belajar juga perbaikan pribadi dan sebaliknya. Remedial teaching pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan (sakit).
b. Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching
Remedial teaching yang merupakan saiah satu bentuk bimblngan belajar dapat dllaksanakan melalul prosedur sebagai berlkut:
1. Meneliti kasus dan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasar atas penelitian kasus akan dapat ditemukan peserta didik yang perlu mendapatkan remedial teaching..
berasal dari dalam diri:
- Tingkat kecerdasannya.
- Motivasi untuk berprestasi.
- Sikap dalam belajar.
- Kebiasaan belajar.
- Penguasaan pengetahuan dasar.
Sedangkan penyebab yang berasal dari luar:
- Keterbatasan sumber belajar.
- Ketidak cocokan dengan program yang diambil;
- Kurang tepat cara mengajar (guru); Fasilitas terbatas;
- Kurang serasi hubungan guru dengan peserta didik ;
- Pengaruh lingkungan terhadap belajar;
- Tuntutan dari lembaga (program) yang terlalu tinggi dan Iain-Iain.
2. Menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam langkah IniSebagai kelanjutan langkah pertama Kasus yang ringan bila murid belum menemukan cara belajar yang baik. Kasus yang berat adalah disamping belum memiliki cara belajar yang baik, juga memiliki hambatan emosional.
2. Program Pengayaan
Pelayanan pengayaan termasuk pelayan bimbingan disamping pelayanan remedial. Pelayanan pengayaan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan pada peserta didik yang cepat belajar, Yang dimaksud dengan peserta didik yang cepat belajar adalah peserta didik yang dapat menerima, memahami dan menguasai pelajaran dalam waktu relatif singkat.
3. Pembelajaran individual
Pembelajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi peserta didik..
Pengajaran individual ini bersifat teraputik artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Untuk melaksanakan pengajaran individual ini guru dituntut memiliki kemampuan membimbing dan bersikap ; sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.

Kebaikan - Kebaikan Pembelajaran individual
Pengalaman telah membuktikan bahwa pembelajaran individual lebih efektif dan efesien daripada pembelajaran konvensional. Ternyata pembelajaran individual juga lebih responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Tak dapat diingkari pula bahwa pembelajaran individual dapat dikatakan lebih manusiawi daripada pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran (komp.dasar) lebih realistis,dan dapat ditentukan untuk setiap peserta didik.
b. Materi dan sumber untuk KD/indicator dapat disesuaikan dengan kemampuan dan latar belakang peserta didik.
c. Lebih mementingkan pendekatan individual bila ada kesulitan yang dihadapi.
d. Memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing
e. Umpan balik lebih konsisten dengan kebutuhan peserta didik.
4. Penyediaan Pelajaran Pilihan
Upaya penyediaan pelajaran pilihan kepada siswa maka perlu dipertimbangkan beberapa indikasi baik intelektual ataupun non intelektual yaitu : prestasi belajar, minat, bakat dan keinginan keluarga. Keputusan penetapan program pengajaran pilihan hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kemampuan akademik berupa konsistensi nilai ataupun prestasi belajar yang diperoleh sebelumnya.
2) Kecenderungan minat dan kemampuan khusus (bakat) yang diperoleh baik melalui tes maupun non tes.
3) Perimbangan keluarga yang diperoleh melalui angket atau wawancara.

F. SEPULUH GEJALA SISWA DAN KEGAGALAN YANG DIALAMI SISWA SELAMA PROSES BELAJAR MENGAJAR YANG BERSIFAT ALTERNATIF DAN OBYEKTIVE ANALISYS.
1. Anak yang sulit memahami
Penyebabnya adalah banyak faktor yang memungkinkan:
• Faktor lingkungan, faktor lingkungan sangat mempengaruhi,dari pergaulan anak selama ini banyak gejala yang ditemukan disekitar kita karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi psikologi anak atau sikap.
• Yang kedua penyebabnya adalah : anak yang sulit memahami dikarenakan kelas tidak nyaman dan tidak kondusif salah satu contoh kelas yang berdekatan dengan jalan raya, ini menggangu anak di dalam memperhatikan pelajaran.
2. Anak yang bodoh
Penyebabnya adalah :
• Kurang belajar, kurang disiplin, kurang memanfaatkan waktu, kurangnya memperhatikan, kurangnya mengulang pelajaran, tidak ada rasa percaya diri, banyak bermain/menyampingkan pelajaran, malas.
• Solusinya adalah selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang bodoh, memberikan saran, motivasi dan selalu memberikan cara yang mudah di dalam belajar agar mudah dipahami, dan memberikan cara yang terbaik sesuai denga kemampuan anak itu sendiri.

3. Anak yang nakal
Penyebabnya adalah :
• Pengaruh lingkungan yang kurang baik, perhatian orang tua yang kurang terhadap anak, pergaulan, kurang terkontrol.
• Solusinya adalah : pada dasarnya anak semacam ini kurang terkontrol, baik dari lingkungan mereka atu dari tempat mereka belajar.
4. Anak yang pemalu
Penyebabnya adalah:
• Yang pertama ini biasanya dari faktor anak itu sendiri, dan apabila tidak dirubah maka akan selamanya anak itu jadi pemalu terus, tetapi anak yang pemalu bukannya tidak bisa, mungkin ada faktor lain contohnya di dalam memberikan pertanyaan anak itu biasanya malu karena bisa-bisa nanti apa yang ditanyakan salah atau tidak rasional dan biasanya anak itu malu bertanya takut di tertawakan temannya.
• Solusinya, tidak segampang itu kita merubahnya. Ini perlu perlahan-lahan. Anak semacam ini kita ajak belajar di ruangan terbuka dan kemudian dia bisa bertanya dengan leluasa karena bebas .
5. Anak yang malas.
• Gejala dan penyebabnya adalah: kurangnya daya semangat dan motivasi dan kurang terkontrol di dalam lingkungannya sendiri.
• Solusinya adalah anak seperti ini jangan di biarkan terlalu bebas dan jangan di biarkan bermalas-malasan..
6. Kurang motivasi dalam belajar.
• Penyebabnya: kurangnya kemampuan yang dimiliki, kuranganya prasarana, seperti contoh buku yang masih minim.
• Solusinya anak yang kurang termotivasi selama belajar pada awalnya kita harus memberikan perlakuan yang khusus dulu seperti memberikan tangggung jawab dulu kepada guru BP/ yang mana guru BP itu sendiri memberikan sebuah perlakuan khusus dulu kepada anak tersebut..
7. Sulit memperhatikan
• Penyebabnya anak yang sulit memperhatikan yang sering kali dari faktor materi yang tidak menyenangkan/ anak itu tidak suka terhadap materi yang diajarkan dan tidak suka terhadap guru yang mengajar karena biasanya kalau murid tidak suka memperhatikan sampai-sampai guru yang mengajar tidak di sukai. Sebaliknya kalau materinya menarik dan anak suka otomatis gurunya pun di senangi.
• Solusinya anak harus di berikan semacam rangsangan terlebih dahulu supaya bagaimana anak itu senang dulu dan membangkitkan rasa keingintahuannya sehingga anak pada akhirnya memperhatikan, karena guru memberikan metode belajar dengan cara menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu anak .
8. Kurangnya daya serap.
• Penyebabnya adalah: faktor penyampaian materi, kelas tidak kondusif, manajemen guru di dalam kelas kurang terorganisir, murid malas mengulang dan yang paling mendukung di sini factor psychology dan cognitive.
• Kalau di tinjau dari pactor psikology kondisi psikologis merupakan chracteristict psiko-fisik seseorang sebagai individu,yang di nyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungan.
9. Daya ingat yang lemah
• Penyebabnya ialah: dari faktor keturunan dan lingkungan /Biologis.
• Ingatan yang lemah sering kali di tinjau dari faktor keturunan dan ingatan yang lemah biasanya kurangnya mengulang apa yang di pelajari dan biasanya tidak membiasakan diri.
10. Berfikir lambat
• Tidak pernah mencoba untuk berfikir secara cepat ini juga di sebabkan perbedaan character manusia ada yang daya pikirnya cepat ada yang daya pikirnya lambat (split personality), lambat dalam berfikir,dan mengacu kepada lambat dalam berprilaku,dan berusaha.
• Solusinya melatih otak untuk terus menerus untuk berfikir cepat dan menghapal cepat kalau sudah terbiasa maka kebiasaan perfikir lambat Akan hilang belahan lahan intinya kita harus bayak menggali potensi otak.
11. Anak yang suka membolos.
Penyebabnya adalah
• Salah satu penyebabnya adalah tidak suka terhadap materi yang di sampaikan terutama pelajaran yang banyak di takuti siswa seperti pelajaran berhitung , matimatika, fisika, dan kimia terutama bahasa inggris bagi anak yang tidak sekali minat belajar bahasa.
• Solusinya salah satu jalan keluarnya adalah bagiamana seorang guru mampu mengkondisikan kelas dengan baik atau mengorganisir siswa supaya siswa itu tertarik di dalam belajar dan tidak membolos memang ini suatu hal yang sulit tetapi kita harus terus mencoba.
12. Anak yang minder
Penyebabnya anak ini minder karena
• Kurangnya percaya diri
• Sering nya malu terhadap teman teman yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
• Salah satu hal keterbatasan kemampuan yang di miliki.
• Anak ini minder biasanya yang sering kita temukan adalah anak yang tidak normal, dari segi bentuk pisik
Solusinya adalah:
• Di berikan perhatian yang khusus atas keterbatasanya.
• Harus di perhatikan dengan lebih, dan di berikan support yang penuh
• Di berikan semacam tugas yang agag bisa di kerjakan sesuai dengan kemampuan yang di miliki.
• Bentuk pendekatan yang di lakukan kepada anak ini harus di bedakan dengan anak lebih.
13. Anak yang suka tidur di setiap jam pelajaran.
• Penyebabnya adalah: anak yang suka tidur biasa biasanya di sebabkan oleh pactor kebiasaan apalagi kalau jam terakhir, dan suka begadang di malam hari sehingga anak itu tida konsentrasi di dalam belajar.
• Solusinya adalah bagi seorang guru apabila ada anak yang tidur terutama pada saat jam jam terakhir maka seorang guru harus bisa membangunkan anak dengan cara yang jitu yaitu pintar membuat suasana jadi ceria yaitu dengan cara guru harus pandai membuat gurauan yang bisa membikin anak itu jadi tertawa.

5. Layanan Bimbingan den Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan (quidance) den penyuluhan (conseling) kedua Istilah tersebut tidak identik tetapi juga tidak kontradiktif. Penyuluhan merupakan syarat yang harus ada dalam bimbingan. Itu sebabnya para ahli mengatakan penyuluhan merupakan jantungnya bimbingan.
Bimbingan atau quidance merupakan usaha untuk membentuk individu atau peserta didik memecahkan masalah yang dihadapinya dalam mencapai perkembangan yang optimal den kehidupan yang sejahtera dan produktif.
Setiap individu apakah ia dewasa atau anak, pekerja atau peserta didik dalam kehidupannya sering menghadapi masalah. Masalah ini da pat bersumber pada diri individu dan dapat pula bersumber pada hal-hal di luar individu. Masalah ini dapat berupa kesulitan, hambatan ataupun kebutuhan yang belum terpenuhi. Masaiah-masalah ini ada yang dapat diselesaikan oleh individu sendiri tetapi ada kalanya membutuhkan orang lain yang membantunya. Ada masalah-masalah yang tidak terselesaikan dapat menghambat perkembangan Individu. Apalagi pada para peserta didik yang sedang berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, adanya masalah seringkali menghambat proses belajar mereka atau prestasi mereka.
Untuk mangatasi masalah tersebut atau mencari perimbangan kesesuaian antara harapan dan kenyataan individu perlu pertolongan orang lain dan perlu bimbingan.
b. Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran
1. Layanan Bimbingan Dalam Pembelajaran
Layanan bimbingan pembelajaran bertujuan diantaranya membantu peserta didik dalam pengembangan sikap yang positif dalam beiajar dan sekaligus melatih cara belajar serta kebiasaan belajar yang baik di kalangan peserta didik. Tujuan lain agar peserta didik mengenal kelemahan dan kekuatannya dalam tiap mata pelajaran,sehingga secara berangsur-angsur peserta didik dapat memperbaiki dan menyesuaikan diri dengan berbagai kesulitan yang dihadapi.
Di bawah ini akan dikemukakan salah satu contoh petunjuk dalam mempelajari mata pelajaran eksakta :
a Belajar secara sistematis dan cukup memperhatikan waktu, belajar berdasar atas pemahaman.
b Mengadakan latihan-latihan yang bersifat rutin hingga bertaraf pengetahuan siap.
c Mengadakan latihan-latihan yang bersifat problem solving menuju ke insight.
d Memahami dan membetulkan kesalahan yang pernah dibuat dalam menyelesaikan soal-soal.
2. Layanan Konseling dalam Pernbelajaran
Seperti yang diuraikan pada topik permasalahan yang dihadapi peserta didik, kesulitan yang ada banyak yang bersumber pada sikap yang salah pada peserta didik,missal kurang serius, motivasi rendah, kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri sebagainya. Untuk mengatasi masalah tersebut satu-satunya cara yang harus ditempuh yaitu dengan mengadakan perubahan diri, perubahan sikap, perubahan pandangan hidup dan sebagainya. Dalam pemecahannya maka sikap kurang serius harus diubah menjadi sikap yang serius. Dengan terjadinya perubahan dalam sikap(dari tidak serius menjadi serius), maka kesulitan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan.
Untuk mencapai terjadinya perubahan ini, maka pendekatan yang harus dilakukan oleh pembimbing yaitu dengan mengadakan konseling. Melalui konseling diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang luas tentang dirinya (dalam arti luas) termasuk pemahaman tentang masalah yang dihadapinya. Melalui pemahaman yang benar ini,selanjutnya peserta didik mengadakan reorganisasi dalam proses menanggapi, proses merasadan proses berfikir, dan akhirnya berdasarkan proses reorganisasi tersebut paserta didik dapat menentukan langkah-langkah yang tepat baginya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanx ja ya