Senin, 22 November 2010

IMAN KEPADA KITAB ALLAH

IMAN KEPADA KITAB ALLAH


A.Informasi tentang kitab allah didalam Al-quran
Definisi Al-quran
Secara Bahasa Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun dan qiraah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dgn yg lain dalam satu ucapan yg tersusun rapi. Quran pada mulanya seperti qiraah yaitu masdar dari kata qara’a qiraatan quranan. Allah SWT berfirman yg artinya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. .
Kata qur’anah pada ayat di atas berarti qiraatuhu {bacaannya/cara membacanya}. Jadi kata itu adl masdar menurut wazan fu’lan dgn vokal u seperti ghufran dan syukran. Kita dapat mengatakan qara’tuhu quran qiraatan wa quranan artinya sama saja. Di sini maqru’ {apa yg dibaca} diberi nama quran yakni penamaan maf’ul dgn masdar.
Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yg diturunkan kepada Muhammad saw. sehingga Quran menjadi nama khas bagi kitab itu sebagai nama diri.
Secara gabungan kata itu dipakai utk nama Quran secara keseluruhan begitu juga utk penamaan ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Quran kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran.
Dan apabila dibacakan Quran maka dengarlah dan perhatikanlah .. {Al-A’raaf 204}.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dgn nama Alquran di antara kitab-kitab Allah itu krn kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab-Nya bahkan mencakup inti dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam firman-Nya yg artinya Dan Kami turunkan kepadamu al-kitab sebagai penjelasan bagi segala sesuatu. .
Tiada Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-kitab ini . {Al-An’am 38}.
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata Quran itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai kata jadian. Mungkin krn ia dijadikan sebagai suatu nama bagi kalam yg diturunkan kepada Nabi saw. dan bukannya kata jadian dari qaraa atau mungkin juga krn ia berasal dari kata qarana asy-syai’ bi asy-syai’ yg berarti memperhubungkan sesuatu dgn yg lain atau juga berasal dari kata qaraain krn ayat-ayatnya satu dgn yg lain saling menyerupai. Dengan demikian huruf nun itu asli. Namun pendapat ini masih diragukan yg benar adl pendapat yg pertama.
Secara Istilah Quran memang sukar diberi batasan-batasan dgn definisi-definisi logika yg mengelompokkan segala jenis bagian-bagian serta ketentuan-ketentuannya yg khusus mempunyai genus differentia dan propium sehingga definisi Quran memiliki batasan yg benar-benar kongkret.
yg kongkret adl menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita misalnya kita menunjuk sebagai Quran kepada yg tertulis dalam mushaf atau terbaca dgn lisan. Untuk itu kita katakan Quran adl apa yg ada di antara dua buku atau kita katakan juga Alquran adl bismillaahir rahmaanir rahiim alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin … minal jinnati wannaas.
Para ulama menyebutkan definisi Alquran yg mendekati maknanya dgn membedakan dari yg lain dgn menyebutkan bahwa Alquran adl kalam atau firman Allah yg diturunkan kepada Muhammad saw. yg pembacaannya merupakan ibadah. Dalam definisi kalam merupakan kelompok jenis yg meliputi segala kalam. Dan dgn menggabungkannya kepada Allah berarti tidak termasuk semua kalam manusia jin dan malaikat.
Dan dgn kata-kata yg diturunkan maka tidak termasuk kalam Allah yg sudah khusus bagi milik-Nya.
Katakanlah ‘Sekiranya lautan menjadi tinta utk menuliskan firman Rabku akan habislah lautan sebelum firman Rabku habis ditulis sekalipun Kami berikan tambahannya sebanyak itu pula. .
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta ditambahkan sesudahnya tujuh lautan lagi niscaya kalam Allah tidak akan habis-habisnya. .
Dan membatasi apa yg diturunkan itu hanya kepada Muhammad saw. tidak termasuk apa yg diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti Taurat Injil dll.
Adapun yg pembacaannya merupakan suatu ibadah mengecualikan hadis-hadis ahad dan hadis-hadis qudsi-bila kita berpendapat bahwa yg diturunkan Allah itu kata-katanya-sebab kata-kata pembacaannya sebagai ibadah artinya perintah utk membacanya di dalam salat dan lainnya sebagai suatu ibadah sedangkan qiraat ahad dan hadis-hadis qudsi tidak demikian halnya.
Sumber Studi Ilmu-Ilmu Quran terjemahan dari Mabaahits fii ‘Uluumil Qur’aan Manna’ Khaliil al-Qattaan.
(sumber file al_islam.chm)

Al Ustadz Abu Muhammad Harits AbrarAl Qur`an mengarahkan manusia ke tiap jalan yg bermanfaat memberi batasan tegas antara yang haq dan batil petunjuk dan kesesatan dan antara orang-orang yg berbahagia dan orang- orang yg celaka dgn menerangkan ciri-ciri atau karakter masing-masing kelompok yg berlawanan ini. Di dalam Al Qur`an pula didapatkan penjelasan berbagai masalah ushul {pokok prinsipil} dan furu’ lengkap dgn dalil-dalil ‘aqli dan naqli {Al Qur`an dan As- Sunnah}.Al Qur`an sebagai wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sarat dgn petunjuk dan bimbingan bagi kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensifatkan Al Qur`an ini dgn sifat-sifat agung lagi mulia yg berlaku utk seluruh ayatnya.Sifat-sifat tersebut merupakan bukti terbesar bahwa Al Qur`an merupakan landasan utama bagi seluruh disiplin ilmu yg bermanfaat demi kebaikan dunia dan akhirat.Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan bahwa Al Qur`an adl Al-Huda Ar-Rusyd dan Al-Furqan {Yaitu Al-‘Ilmu atau pembeda yg memisahkan antara yang haq dari yg batil. Wallahu a’lam}. Bahkan Al Qur`an itu sendiri adl Al-Huda yg memberi petunjuk seluruh manusia kepada semua yg mereka butuhkan dalam urusan dunia dan agama mereka.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:شَهْرُ رَمَضاَنَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقاَنِ“ bulan Ramadhan bulan yg di dalamnya diturunkan Al Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda .” Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:تَباَرَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقاَنَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعاَلَمِيْنَ نَذِيْرًا“Maha Suci Allah yg telah menurunkan Al-Furqaan kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” Al Qur`an mengarahkan manusia ke tiap jalan yg bermanfaat memberi batasan tegas antara yang haq dan batil petunjuk dan kesesatan dan antara orang-orang yg berbahagia dan orang- orang yg celaka dgn menerangkan ciri-ciri atau karakter masing-masing kelompok yg berlawanan ini. Di dalam Al Qur`an pula didapatkan penjelasan berbagai masalah ushul {pokok prinsipil} dan furu’ lengkap dgn dalil-dalil ‘aqli dan naqli {Al Qur`an dan As- Sunnah}. Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam sejumlah ayat-ayat-Nya telah menerangkan sifat- sifat Al Qur`an ini dgn sifat-sifat mutlak dan umum yg tidak ada kejanggalan sedikitpun di dalamnya.Namun seiring pemaparan sifat-sifat Al Qur`an yg begitu sempurna dan mulia ini ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala membatasi hidayah yg ada di dalam Al Qur`an dgn beberapa hal.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:الم. ذَلِكَ الْكِتاَبُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ“Alif laam miim. Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yg bertakwa.” Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى. سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى“Oleh krn itu berikanlah peringatan krn peringatan itu bermanfa’at orang yg takut akan mendapat pelajaran.” Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّماَ أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّماَ يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْباَبِ“Adakah orang yg mengetahui bahwasanya apa yg diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar sama dgn orang yg buta? Hanyalah orang-orang yg berakal saja yg dapat mengambil pelajaran.”Dalam ayat-ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala membatasi bahwa Al Qur`an ini adl Al-Huda tetapi hanya bagi orang-orang beriman bertakwa orang-orang berakal orang-orang yg memikirkan dan orang-orang yg memang menginginkan al-haq . Ini adl penjelasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang syarat hidayah {dari Al Qur`an}. Artinya agar Al Qur`an ini menjadi Huda maka harus ada yg menerima sekaligus mengerjakan. Sehingga seseorang yg ingin memperoleh hidayah Al Qur`an ini harus berakal berfikir dan mau mempelajari ayat-ayatnya.Adapun seorang penentang; yg tidak mau memikirkan dan mempelajari ayat-ayatnya tidak akan mungkin mengambil manfaat yg ada di dalam Al Qur`an. Begitu pula dgn orang yg tidak mempunyai niat dan keinginan utk mendapatkan kebenaran atau kesadaran.
orang yg maksud dan tujuannya rusak di mana dia menempatkan dirinya utk menentang dan menyelisihi Al Qur`an. Dia pasti tidak akan menerima bagian sedikitpun dari hidayah Al Qur`an ini.Sedangkan mereka yg menyambut memikirkan makna-maknanya mempelajari ayat-ayat Al Qur`an dgn pemahaman dan niat yg baik dan benar serta bersih dari dorongan hawa nafsu niscaya dia akan terbimbing mendapatkan hidayah menuju tujuan-tujuan dan sasaran yg dicita- citakannya.Maka barangsiapa yg memahami bahwa Al Qur`anul ‘Azhim betul-betul menyandang semua sifat mulia bahkan paling tinggi dan sempurna serta paling bermanfaat bagi semua manusia.
Kemudian dia meyakini pula bahwa di dalamnya terkandung makna-makna agung yg selalu diulang-ulang dan semakin menambah keindahan serta kesempurnaannya tentulah dia memahami pula bahwa ketika seorang thalibul ‘ilmi mengamati tafsir satu ayat Al Qur`an dia akan terbawa utk memahami serta mengenal tafsir ayat-ayat lainnya. Dan selanjutnya dia dituntut utk beriman dan mengamalkan kandungan Al Qur`an tersebut.Asy-Syaikh Tsaqil Al-Qasimi dalam bukunya Sallus Suyuf menyatakan: “Sesungguhnya siapapun yg betul-betul memperhatikan dan mempelajari Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam niscaya dia akan menemukan bahwa ajaran Islam ini dibangun di atas dua prinsip utama yaitu At-Ta`shil dan At-Tahdzir. At-Ta`shil dalam perkara yg haq serta menjelaskannya. At-Tahdzir dari berbagai kesesatan dgn segala bentuk dan coraknya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan masalah besar ini dalam firman-Nya:فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصاَمَ لَهاَ“Karena itu barangsiapa yg ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yg amat kuat yg tidak akan putus.” {Al- Baqarah: 256}Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn jelas menerangkan bahwa tidak mungkin seorang muslim berada di jalan yg mulia dan lurus kecuali jika dia menghimpun kedua prinsip utama ini. Yaitu kafir kepada thaghut dan semua bentuk kebatilan serta beriman kepada Allah satu-satunya tidak ada sekutu bagi-Nya baik dalam rububiyah asma` was shifat maupun dalam Uluhiyah-Nya {sebagai tempat bersandar berlindung bergantung memohon doa syafaat dan sebagainya}.Maka sesungguhnya Al Qur`an itu berbicara tentang tauhid tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Atau berisi tentang dakwah ajakan utk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya tidak ada sekutu bagi-Nya serta melepaskan diri dari semua yg diibadahi selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau berisi perintah dan larangan yg merupakan hak-hak tauhid dan pelengkap atau penyempurna tauhid tersebut. Atau berisi uraian tentang kemuliaan yg diterima oleh ahli tauhid di dunia dan akhirat sebagai balasan atas tauhid itu serta apa yg diterima oleh musuh-musuh tauhid di dunia dan akhirat.Jadi Al Qur`an itu seluruhnya berbicara tentang tauhid hak-hak yg harus ditunaikan dan balasan-balasannya. Secara umum al-jarh wat ta’dil sebagai wasilah utk menjaga kemurnian dan kelestarian syariat Islam ini juga kita lihat tersebar dalam ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg mulia ini.
Mungkin dalam susunan yg tegas menunjukkan kejelekan suatu kaum bangsa atau masyarakat atau suatu perbuatan . Kadang dalam bentuk larangan tegas dan perintah menjauhinya. Sebaliknya dalam masalah at-ta’dil juga demikian.Sehingga jika kita dapatkan di dalam Al Qur`an semua amalan yg dianggap mulia oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya kemudian dipuji oleh Allah bahkan Dia memuji pelakunya gembira karenanya mencintainya atau mencintai pelakunya bahkan meridhainya mensyukurinya atau menafikan adanya ketakutan dan kesedihan dari pelakunya tertawa dan takjub terhadap pelakunya ini adl dalil bahwa amalan itu disyariatkan. Tentunya jelas ini merupakan bentuk-bentuk ta’dil.Sebaliknya tiap amalan yg dituntut oleh syariat utk ditinggalkan pelakunya dicela dimurkai dibenci dilaknat dihapus kecintaan atau ridla terhadapnya menyerupakan pelakunya dengan hewan ternak dinyatakan sebagai sebab Dia menelantarkan pelakunya menyatakan permusuhan dan perang terhadap pelakunya dan seterusnya maka ini adl dalil dilarang atau diharamkannya perbuatan tersebut. Dan ini adl sebagian dari bentuk jarh.Di sini akan kami paparkan sebagian dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg menggambarkan kepada kita adanya jarh terhadap suatu masyarakat bangsa bahkan seseorang atau amalan tertentu agar kita menjauhi dan berhenti mengerjakannya.Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ. ماَ أَغْنَى عَنْهُ ماَلُهُ وَماَ كَسَبَ. سَيَصْلَى ناَرًا ذَاتَ لَهَبٍ. وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ. فِيْ جِيْدِهاَ حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah baginya harta bendanya dan apa yg ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yg bergejolak. Dan isterinya pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Abu Lahab adl paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg paling sengit permusuhannya terhadap beliau. Tidak beragama tidak memiliki rasa solidaritas kesukuan . Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya sedemikian rupa sampai hari kiamat. Setiap lisan kaum mukminin akan senantiasa membaca ayat-ayat ini.Dan tentunya kita juga memaklumi bahwa Abu Lahab dan isterinya mempunyai kebaikan namun semua itu sia-sia krn kekafiran dan permusuhan mereka terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:يآ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّ كَثِيْرًا مِنَ الأَحْباَرِ وَالرُّهْباَنِ لَيَأْكُلُوْنَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْباَطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ“Hai orang-orang yg beriman sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dgn jalan yg batil dan mereka menghalang-halangi dari jalan Allah.” Ayat ini mengandung tahdzir bagi hamba Allah yg beriman agar mereka berhati-hati sekaligus jangan meniru kebanyakan pendeta dan rahib yg suka memakan harta manusia dgn cara yang batil. Padahal kita tahu semua yg diberikan manusia kepada mereka ini adl krn ilmu dan ibadah mereka namun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menganggap kebaikan itu.Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهاَ كَمَثَلِ الْحِماَرِ يَحْمِلُ أَسْفاَرًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآياَتِ اللهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ“Perumpamaan orang-orang yg dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adl seperti keledai yg membawa kitab-kitab yg tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yg mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yg zalim.” Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْناَهُ آياَتِناَ فَانْسَلَخَ مِنْهاَ فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطاَنُ فَكاَنَ مِنَ الْغاَوِيْنَ. وَلَوْ شِئْناَ لَرَفَعْناَهُ بِهاَ وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآياَتِناَ فاَقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yg telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu ia diikuti oleh syaitan maka jadilah ia termasuk orang-orang yg sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan nya dgn ayat-ayat itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yg rendah maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya . Demikian itulah perumpamaan orang-orang yg mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” {Al- A’raf: 175-176}Ini adl celaan atau kritik yg sangat tajam sekaligus tahdzir agar kita menjauhi sifat buruk ini.Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ. مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ“Dan janganlah kamu ikuti tiap orang yg banyak bersumpah lagi hina yg banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah yg sangat enggan berbuat baik yg melampaui batas lagi banyak dosa.” Terakhir kami ingatkan; bila seseorang sudah tidak lagi dapat diperbaiki dgn Al Qur`an dan As-Sunnah maka dgn perkataan apapun dia tidak akan mungkin dapat diperbaiki. (Wallahu a’lam.{Dikutip dari majalah Asy Syariah Vol. II/No. 14/1426 H/2005 judul asli Al Jarh wa At Ta’dil dalam Al Qur’an karya Al Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar - murid asy syaikh Muqbil rahimahullah - url http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil id_online=264}
sumber : file

Setiap muslim wajib beriman kepada kitab Allah
Written by H. Sunaryo A.Y.

Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 92, Allah SWT berfirman (artinya) : ”Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya....” (QS. An’am : 92).

Ayat tersebut diatas menegaskan kepada kita bahwa selain Al-Qur’an, Allah SWT juga telah menurunkan kitab-kitab suci kepada Rasul-rasulNya yang Dia utus sebelum Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat islam kita memang tidak hanya diwajibkan untuk mengimani Al-Qur’an, tetapi juga mengimani kitab-kitab yang turun sebelumnya. Sebab Al-Qur’an sendiri membenarkan adanya kitab-kitab tersebut. Bahkan kepada wahyu Allah yang tidak dibukukan (tidak menjadi kitab) pun kita harus mengimaninya, karena Al-Qur’an membenarkan keberadaannya. Saudaraku, kepada siapa sajakah kitab-kitab selain Al-Qur’an diturunkan? Lalu apa isinya? Dan bagaimana cara mengimaninya? Baiklah Saudaraku, lewat dakwah kita (melalui tulisan) ini kita simak pembahasan sesuai judul artikel (religius) tersebut diatas.

• Apa itu pengertian Iman kepada Kitab – kitab Allah ?
Menurut bahasa iman itu adalah percaya dan membenarkan. Sedangkan menurut istilah, iman adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan amal perbuatan. Berdasarkan pengertian iman diatas, pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa kitab-kitab Allah itu benar – benar wahyu yang dirurunkan-Nya kepada para Rasul, tidak diragukan kebenaran isinya agar menjadi pedoman hidup bagi umatnya. Hukum beriman kepada kitab-kitab Allah adalah Fardhu ’Ain. Artinya kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap pribadi orang yang beriman, sama dengan kewajiban beriman kepada Allah, mendirikan shalat lima waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, orang yang tidak mengimani kitab-kitab Allah tidak dapat dikatakan sebagai orang yang beriman, bahkan bisa dikatakan murtad (keluar dari agama Islam). Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kepada para Nabi dan kewajiban kita mengimaninya antara lain surat Al-Baqarah ayat 213 sebagai berikut :

”Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah SWT mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan dan menurunkan bersama mereka kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan (itu). Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang-orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah : 213).

Ayat diatas mengandung beberapa penjelasan, antara lain sebagai berikut :
a.Allah telah benar-benar menurunkan kitab-kitab kepada para Nabi
b.Dengan kitab-kitab tersebut Allah memberikan khabar gembira dan peringatan
c. Tujuan diturunkannya kitab-kitab adalah agar menjadi petunjuk kejalan yang lurus dan menjadi landasan dalam memutuskan setiap perkara

• Bagaimana beriman kepada kitab-kitab Allah itu?
Tahukah antum bahwa hidup ini penuh dengan cara-cara atau kiat. Kalau ingin pintar, caranya adalah dengan belajar, ingin kaya caranya adalah harus hemat dan bekerja keras, ingin dihormati caranya adalah kita harus terlebih dahulu menghormati orang dan sebagainya. Kalau kita ingin beriman kepada kitab-kitab Allah ada dua cara seperti berikut :


I. Beriman kepada kitab-kitab Allah sebelum Al-Qur’an caranya adalah :
a. Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan para Rasul
b. Meyakini kebenaran isinya

II. Beriman kepada Al-Qur’an, caranya adalah :
a. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan Nabi Muhammad SAW
b. Meyakini bahwa isi Al-Qur’an dijamin kebenarannya, tanpa ada keraguan sedikitpun
c. Mempelajari, memahami dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an
d. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari

Sementara perbedaan cara beriman kepada kitab-kitab Allah selain Al-Qur’an dan kepada Al-Qur’an sendiri disebabkan oleh beberapa hal, seperti berikut :
1.Masa berlaku kitab-kitab sebelum Al-Qur’an sudah selesai
2.Kitab-kitab sebelum Al-Qur’an berlaku terbatas pada satu umat saja, yakni umat yang hidup pada masa dan wilayah tertentu. Misalnya, kitab Taurat untuk umat Nabi Musa dan untuk kaum Bani Israil
3.Kandungan pokok dari kitab-kitab sebelum Al-Qur’an telah termuat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, jika kita dapat mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an secara sempurna, maka itu berarti kita juga telah mengamalkan isi pokok kitab-kitab Allah selain Al-Qur’an.

• Secara garis besar isi Kitab-kitab Allah meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a. Berisi ajaran tentang tauhid (keesaan Allah)
b. Mengajarkan aqidah (keimanan) yang benar
c. Berisi hukum-hukum dan peraturan Allah
d. Berisi janji tentang pahala dan ancaman Allah
e. Memuat perintah dan larangan Allah
f. Berisi kisah tentang umat manusia terdahulu agar menjadi pelajaran (i’tibar)

• Apa Itu Pengertian Kitab Dan Apa Itu Pengertian Shuhuf ?
Menurut bahasa kata kitab memiliki dua pengertian, Pertama, berarti perintah. Kedua, berarti tulisan diatas kertas. Sedangkan yang dimaksud kitab Allah adalah wahyu yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul yang berisi pedoman hidup bagi umatnya dan telah dibukukan. Adapun kitab-kitab Allah yang wajib kita imani ada empat kitab, sebagai berikut :
A.Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa As sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israil


Sesuai Firman Allah SWT :

”Dan Kami berikan kepada Musa kitab (taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) : ”Jangan kamu mengambil penolong selain Aku.” (QS. Al-Isra’ : 2)

• Adapun isi kandungan kitab Taurat meliputi hal-hal berikut :
1. Kewajiban meyakini keesaan Allah
2.Larangan menyembah berhala
3. Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia
4. Supaya mensucikan hari sabtu (sabat)
5. Menghormati kedua orang tua
6. Larangan membunuh sesama manusia tanpa alasan yang benar
7. Larangan berbuat zina
8. Larangan mencuri
9. Larangan menjadi saksi palsu
10.Larangan mengambil hak orang lain







B.Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As untuk disampaikan dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya.

• Perhatikan Firman Allah SWT :
”........ Dan Kami berikan Zabur kepada Nabi Daud.” (QS. Al-Isra’ : 55)
Menurut keterangan, kitab Zabur (Mazmur) ini berisi kumpulan nyanyian dan pujian kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Juga berisi dzikir, do’a, nasihat dan kata-kata hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada kitab Perjanjian Lama yang terdiri atas 150 pasal

C. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa As sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israil
• Allah SWT berfirman :

”Dan Kami inginkan jejak mereka (Nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat dan menjadi petunjuk serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah : 46)

• Kitab Injil memuat beberapa ajaran pokok antara lain sebagai berikut :
1. Perintah agar kembali kepada tauhid yang murni
2. Ajaran yang menyempurnakan kitab Taurat
3. Ajaran agar hidup sederhana dan menjauhi sifat tamak (rakus)
4. Pembenaran terhadap kitab-kitab yang datang sebelumnya.

D. Kitab Al-Qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya bangsa Arab
• Perhatikan Firman Allah SWT :

”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan bahasa Arab, agar kamu memikirnya.” (QS. Yusuf : 2)

Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir isinya meliputi seluruh kitab-kitab terdahulu dan melengkapi aturan-aturan yang belum ada. Pada dasarnya kitab-kitab Allah itu mengandung ajaran yang sama, yaitu ajaran tentang tauhid atau mengesakan Allah. Selain itu, tujuan diturunkannya kitab-kitab tersebut adalah agar menjadi pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang membedakannya hanya tentang tata cara atau syari’atnya, disebabkan adanya perbedaan waktu dan tempat.

• Selain empat kitab tersebut diatas, Allah SWT juga menurunkan wahyu dalam bentuk shuhuf. Shuhuf adalah lembaran-lembaran berisi firman Allah yang diturunkan kepada para Nabi atau Rasul. Shuhuf berisi tentang hukum dasar yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan agama bagi Nabi atau Rasul yang telah diberi shuhuf tersebut.

• Allah SWT berfirman :

”Sesungguhnya ini benar – benar terdapat dalam kitab Allah yang dahulu (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (QS. Al- A’la : 18-19)

Dalam ayat ini memang tidak dibedakan antara kitab dan shuhuf. Tetapi Nabi Muhammad SAW membedakannya dengan menyuruh sahabatnya untuk menuliskan ayat pada pelepah kurma, kulit atau tulang hewan. Lembaran pelepah kurma, kulit dan tulang hewan yang terpisah – pisah inilah yang dimaksud dengan shuhuf. Sedangkan pada masa Nabi Ibrahim dan Musa, pengertian shuhuf itu adalah satu surat dalam Al-Qur’an sehingga kitab Al-Qur’an terdiri atas 114 shuhuf (surat). Ini menunjukkan bahwa pengertian kitan dan shuhuf dapat dibedakan.

• Adapun perbedaannya sebagai berikut :
a.Kitab isinya lebih lengkap daripada shuhuf
b.Kitab adalah wahyu yang sudah dibukukan sedang shuhuf tidak dibukukan
c.Kitab diturunkan kepada seorang Rasul dan wajib disampaikan kepada umatnya, sedang shuhuf bisa di berikan kepada seorang Nabi bukan Rasul dan tidak wajib menyampaikan pada pengikutnya.

• Beberapa Nabi yang telah menerima shuhuf dari Allah sebagai berikut :
a. Nabi Idris As menerima 30 shuhuf
b. Nabi Sits As menerima 50 shuhuf
c. Nabi Ibarahim As menerima 10 shuhuf
d. Nabi Musa As menerima 10 Shuhuf

Sidang pembaca yang budiman. Kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini memerlukan aturan agar hidup kita bisa teratur, agar kita tidak tersesat dan aturan serta tuntunan itu harus dijamin kebenarannya dan tidak berubah-ubah dan memiliki kebenaran mutlak adalah kitab Allah yang ditetapkan dan diturunkan oleh Dzat Yang Maha Sempurna. Dan dengan kitab Allah itulah manusia memperoleh pedoman dan pegangan hidup yang dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Oleh karena itu kita wajib mengimani kitab Allah, dengan beriman kepada kitab – kitab Allah memberikan pengaruh positif bagi manusia.

• Adapun Fungsinya sebagai berikut :
1. Manusia bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat, karena telah memiliki tuntunan yang jelas
2. Manusia bisa menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya
3. Manusia memperoleh penjelasan tentang janji-jani dan ancaman Allah
4. Manusia semakin meyakini kerasulan seorang utusan Allah
5. Menjadikan manusia berpikir dan berbuat positif
6. Mendapatkan informasi tentang hal-hal gaib yang terjangkau oleh akal
7. Manusia dapat menemukan ketenangan dan ketentraman jiwa

Akhir dari dakwah ini yakinlah bahwa dengan menjadikan kitab – kitab Allah sebagai pedoman hidup, berarti kita telah mengimaninya. Jika kita telah mengimaninya maka pengaruh – pengaruh positif seeprti diatas akan kita rasakan dan lebih dari itu, ridho Allah senantiasa menaungi perjalanan hidup kita...
Perwujudan iman kepada kitab allah
Posted by Bustamam Ismail on November 27, 2007
Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW. Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut. Artinya : “ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya.” (Al Hijr : 9) lihat al-Qur’an online di Goole,


A. Pengertian Kitab dan Suhuf
Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang terpisah.
Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf
Persamaan
Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah.
Perbedaan
Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf
Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan.
Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini.
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya”. (QS An Nisa : 136) lihat al-Qur’an online di Goole,
Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa a.s. Firman Allah SWT .
Artinya : “ (yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa” (Al A’la : 19) lihat al-Qur’an online di Goole,
Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT berikut.
Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136) lihat al-Qur’an online di Goole
,
B. Prilaku yang mencerminkan Keimanan Kepada Kitab Allah
1. Meyakini bahwa Kitab Allah itu benar datang dari Allah.
2. Menjadikan kitab Allah sebagai Pedoman (hudan) khusus kitab yang diturunkan
kepada kita
3. Memahami isi kandungannya.
4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
Umat manusia, khususnya umat muslim harus meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab Nya kepada para nabi atau Rasul sebagai pedoman hidup bagi umatnya masing-masing. Al Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir dan penyempurna sebelumnya telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
Upaya memahami isi kandungan Al Qur’an, ada beberapa tahapan yang perlu kita jalani antara lain sebagai berikut.
Tahap pertama, kita harus mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai agama yang mendapat ridha Allah SWT.
Tahap kedua, kita harus mengetahui tata krama membaca Al Qur’an.
Tahap ketiga, kita harus mengetahui bahwa di dalam Al Qur’an itu banyak sekali surah atau ayat yang mengandung perumpamaan atau berupa perumpamaan.
Tahap keempat, kita harus mempergunakan akal ketika mempelajari dan memahami Al Qur’an.
Tahap kelima, kita harus mengetahui bahwa didalam Al Qur’an banyak sekali surah atau ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa langsung diartikan, akan tetapi memiliki arti tersirat.
Tahap keenam, kita harus mengetahui bahwa Al Qur’an tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia dan harus mendahulukan surah atau ayat yang lebih mudah dan tegas maksudnya untuk segera dilaksanakan.
Tahap ketujuh, kita harus mengetahui bahwa ayat-ayat didalam Al Qur’an terbagi dua macam (QS Ali Imran : 7) yaitu pertama, ayat-ayat muhkamat yakni ayat-ayat yang tegas, jelas maksudnya dan mudah dimengerti. Ayat-ayat muhkamat adalah pokok-pokok isi Al Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia dan dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Kedua, ayat-ayat yang mutasyabihat adalah ayat-ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang mengetahui makna dan maksudnya.
Tahap kedelapan, kita harus menjalankan isi kandungan Al Qur’an sesuai dengan keadaan dan kesanggupannya masing-masing (QS 12 : 22, 4 : 36, 65 : 7, 2 : 215, 3 : 92, 2 : 269).


B. Hikmah Iman Kepada Kita Allah
Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut.
Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan. (keterangan selanjutnya lihat QS Thaha :
Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan (keterangan selanjutnya lihat QS Yunus : 19.
Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka], tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lihat al-Qur’an online di Goole,
Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa (keterangan selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138,
Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. lihat al-Qur’an online di Goole,
Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat QS Al Maidah : 48,
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, lihat al-Qur’an online di Goole,
Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah (keterangan selanjutnya lihat Al Hajj : 67
Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. lihat al-Qur’an online di Goole,
6 Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam) dipecah belah (keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93, Al Mukminun : 52-54, Ar Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152
7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.
8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At Takwir : 27)
Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di akhirat harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir : 27).

2 komentar:

thanx ja ya